1) Aplikasi: aplikasi berhubungan dengan tujuan; dan tujuan sangat erat dengan tingkat ketelitian yang disyaratkan; misalnya dalam indutri survey pemetaan yang diterima secara internasional apabila mengacu pada SP-44 IHO. Untuk penetapan titik kontrol (benchmark) misalnya, ketelitian yang disyaratkan adalah dalam satuan milimeter atau centimeter. GPS receiver yang mampu mencapai ketelitian tersebut adalah tipe “survey grade, dual frequency”.
2) Cara penyimpanan data. Tidak semua GPS receiver didesain dapat atau perlu menyimpan data di dalam alat. Receiver yang dapat menyimpan data dilengkapi dengan internal memory atau memori yang dapat ditambahkan, semisal compact flash. Tetapi tidak semua aplikasi memerlukan penyimpanan data di dalam memori receiver, karena boleh jadi datanya disimpan di komputer, misalnya pada aplikasi survey pemetaan batimetik. Oleh karena itu apabila penggunaan GPS receiver hanya untuk keperluan survey pemetaan laut, pada prinsipnya tidak diperlukan internal memory.
3) Data input. Teknik penentuan posisi secara real-time dalam survey pemetaan yang banyak digunakan adalah teknik DGPS dan RTK. Bila aplikasi ini yang dipilih, maka receiver tersebut harus mempunyai fasilitas dapat menerima signal DGPS dan/atau RTK. Tidak semua receiver didesain untuk aplikasi semacam ini, misalnya tipe hand-held dari merek tertentu. Agar teknik ini dapat berfungsi, receiver harus memiliki minimal 2-port yang nantinya masing-masing akan dihubungkan ke komputer dan ke modem.
4) Data output. Hampir semua alat survey kini didesain memiliki data digital. Tinggal permasalahannya, apakah data digital dalam receiver dapat dikeluarkan untuk keperluan tertentu apa tidak. Untuk menunjang kegiatan survey pemetaan, diperlukan receiver yang dapat dihubungkan dengan komputer, yang biasanya menggunakan standar format protocol NMEA.
5) Jumlah kanal. Jumlah kanal (channel) menunjukan berapa jumlah satelit yang dapat diterima dalam satu waktu. Receiver yang ada dipasaran saat ini mempunyai kanal minimal 12 kanal; semakin banyak kanal akan semakin mampu menerima jumlah satelit pada saat yang bersamaan, yang pada akhirnya dapat memberikan tingkat ketelitian posisi lebih baik. Merek tertentu bahkan memiliki jumlah kanal hingga 72 kanal. Lebih-lebih saat ini terdapat lebih banyak satelit navigasi: GPS, Glonnass dan Galileo (baca Referensi).
6) Kemampuan update data. Update data, termasuk waktu dan posisi, paling lambat biasanya setiap 1 detik (1 hz). Agar dapat diperoleh data lebih rapat untuk menyesuaikan kecepatan bergerak wahana survey (misalnya pesawat pada pemetaan udara atau kapal pada pemetaan di laut), kini beberapa merek receiver mempunyai update rate data hingga 20 kali per detik (20 hz). Kecepatan update rate yang tinggi tersebut juga sangat diperlukan pada alat-alat survey yang memberikan data “geo-reference” seperti multibeam echosounder, side scan sonar survey dan subbottom profiling.
Kombinasi kemampuan tersebut diatas menyebabkan harga GPS receiver sangat bervariasi mulai dari Rp. 2 juta hingga Rp. 200 juta per unit-nya. Kita jangan terkecoh dengan harga murah karena dipastikan yang murah tidak akan mampu untuk aplikasi survey yang menuntut ketelitian tinggi. Dengan demikian sebelum memilih, tetapkan terlebih dahulu aplikasi-nya.
Untuk mengetahui kemampuan GPS receiver dari berbagai merek, kumpulkan spesifikasi teknis-nya dan amati satu per satu dengan petunjuk di atas dan bandingkan. Bila perlu cari referensi dari kawan-kawan Surveyor yang telah menggunakan. Salah satu indikasinya, bila mereka telah menggunakan dalam jangka waktu lama (misalnya lebih dari 5 tahun), dapat dipastikan model atau merek tersebut telah teruji (proven).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar